
maniaplay trophy mpl id
Final MPL ID S15: Strategi ONIC Jitu atau RRQ Terlalu Pede?
Final MPL ID Season 15 kemarin jadi salah satu penutup musim paling panas sepanjang sejarah MPL Indonesia. RRQ vs ONIC di Grand Final bukan cuma soal rivalitas dua tim raksasa, tapi juga soal mental, draft, dan strategi tingkat dewa yang bikin kita semua duduk tegang dari game 1 sampai 7. Apalagi buat lo yang nonton langsung via ManiaPlay atau ngeramein nobar di forum-forum komunitas, pasti masih kebayang hype-nya, kan?
Tapi di balik atmosfer yang luar biasa, ada satu pertanyaan besar yang terus dibahas netizen dan analis: kenapa RRQ, yang sempat unggul dan tampil agresif, justru tumbang di tangan ONIC? Nah, kali ini kita bakal bedah tuntas penyebab kekalahan RRQ, mulai dari blunder kecil yang berakibat besar, sampai strategi cerdas ONIC yang sukses bikin mereka comeback dan jadi juara MPL ID S15!
Inilah aspek-aspek penting yang bisa jadi pembeda performa ONIC dan RRQ dalam Grand Final MPL ID S15 menurut pengamatan dan data yang dikumpulin tim Maniaplay di lapangan :
1. RRQ Terlalu Gas, ONIC Santai Tapi Mematikan

Dari awal game, RRQ udah ngasih sinyal kuat: mereka main agresif dan nggak ragu buat commit ke teamfight. Tapi justru di situlah masalahnya. Agresivitas RRQ malah jadi pedang bermata dua. Di beberapa momen krusial, mereka overcommit, terlalu maksa masuk, tanpa backup jelas atau kalkulasi matang. ONIC, yang udah paham gaya main RRQ, tinggal tunggu celah. Mereka counter, balikin keadaan, dan ambil objektif penting. Momen paling kelihatan? Waktu RRQ leading dan mau nutup game ke-6, malah blunder ngejar Pharsa. Comeback pun terjadi.
2. Mental ONIC: Tahan Banting, Fokus, Nggak Panik
Saat tim lain udah gemetar lihat RRQ match point, ONIC justru kalem banget. Mereka nggak kehilangan arah, tetap disiplin main dan sabar cari peluang. Di titik-titik tekanan, ONIC keliatan udah terlatih banget soal mental. Bahkan ketika creep fight panjang bikin tensi naik, ONIC tetap di jalur. Ini bukan cuma soal skill, tapi soal mindset juara yang terbentuk dari banyak final sebelumnya. Mereka tahu cara menang di situasi sulit.
3. Coach Yeb Balik, Draft ONIC Nggak Bisa Dibaca
Kehadiran Coach Yeb jelas jadi game changer. ONIC keliatan jauh lebih fleksibel dan unpredictable di draft. RRQ beberapa kali kejebak sama strategi ONIC yang out of the box. Contoh aja ketika ONIC pake Ling dan Masha dalam satu line up, bikin RRQ kelabakan jaga map. Bahkan hero pick kayak Pharsa dan Kaja dimanfaatin maksimal buat zoning dan setup teamfight. RRQ susah adaptasi karena ONIC terus-menerus nyari celah baru lewat draft.
4. Sanz dan Rekan-Rekan Lagi On Fire
Khusus di final ini, performa individu ONIC meledak. Sanz, yang sempat diragukan, justru jadi motor utama. Bukan cuma ngamanin kill, tapi dia juga jago positioning dan setup fight. Kairi dan Kiboy juga punya andil besar dalam fight-fight penentu. Momen-momen clutch banyak datang dari mereka. Bahkan dari sisi objektif, mereka bisa baca rotasi RRQ dan langsung cari momentum balas.
5. Momentum Positif Nggak Bisa Dipatahkan
Datang ke final dengan modal win-streak jelas bikin ONIC punya energi lebih. Mereka main dengan flow yang stabil, semangat tinggi, dan percaya diri. RRQ sempat ambil match point, tapi justru tekanan itu bikin ONIC naik satu level. Dari situ, mereka langsung tancap gas dan nggak kasih RRQ ruang bernapas lagi. Ini bukan soal hoki, tapi soal momentum yang dijaga mati-matian.
6. Draft RRQ Mulai Ketebak

Draft RRQ sebenernya solid, tapi makin ke akhir seri, jadi kelihatan repetitif. Pick seperti Baxia, Granger, Yve emang kuat, tapi itu-itu aja. ONIC pun makin gampang ngebaca pola main RRQ. Sementara ONIC malah ngasih kejutan kayak Claude dan Wanwan di game penting. Ketika lawan udah bisa baca draft lo, setengah pertarungan udah kalah duluan. Dan itu yang kejadian sama RRQ.
7. Nggak Respect Ban, Akhirnya Kena Karma
Ini poin yang paling bikin geleng-geleng kepala. RRQ ngasih terlalu banyak hero power ke ONIC terutama ke Sanz. Mereka berkali-kali lepasin Pharsa, dan hasilnya? Sanz jadi Finals MVP. Bahkan di game terakhir, RRQ ngelepas Chou, Cici, dan hero signature lainnya. Padahal ONIC selalu melakukan respect ban ke RRQ. Entah karena overconfidence atau mis-kalkulasi, hasilnya fatal. ONIC dapet draft impian dan tutup game terakhir dengan selisih gold sampai 13 ribu. Udah kayak jalan tol buat ONIC.
Apa yang Bisa Dipelajari dari Kekalahan Ini?

Kekalahan RRQ dari ONIC di final MPL ID S15 ini bukan akhir segalanya, tapi jelas jadi pelajaran berharga. Dalam dunia kompetitif, bukan cuma soal siapa yang punya mekanik paling jago, tapi juga siapa yang bisa beradaptasi, jaga mental, dan ambil keputusan tepat di detik-detik kritis.
ONIC membuktikan bahwa konsistensi, chemistry yang solid, dan pemahaman makro yang dalam bisa jadi kunci buat membalikkan situasi bahkan saat sudah di ujung tanduk. Mereka nggak cuma kuat secara gameplay, tapi juga matang secara emosi dan strategi.
Sementara buat RRQ, kekalahan ini semoga jadi bahan evaluasi. Draft harus lebih fleksibel, adaptasi di in-game harus lebih cepat, dan tentu saja jangan pernah remehkan kekuatan mental tim lawan. Karena kadang, yang paling tenang di medan perang… adalah yang paling mematikan.
Dan buat kita para penonton, ini jadi pengingat kenapa kita cinta banget sama scene esports Indonesia, karena dramanya, emosinya, dan aksi di luar dugaan yang selalu bikin jantung deg-degan.
Gimana menurut kamu? Yuk diskusi lebih lengkap soal pertandingan dan insight seputar MPL dan esports lainnya di ManiaPlay. Jangan sampai ketinggalan update seru dan analisa mendalamnya!