
RRQ Bukan Krisis: Ini Liga, Bukan Live TikTok!
Kalau ngikutin timeline doang, rasanya tiap RRQ kalah satu game aja sudah “kiamat kecil”. Padahal, setelah empat pekan berjalan, RRQ duduk di peringkat 4 MPL Indonesia Season 16 dengan rekor 4-3. Itu bukan sinyal darurat, itu on track ke playoff. Liga itu maraton, bukan sprint 100 meter yang selesai sebelum kamu sempat nge-tweet.
Kita ngerti ekspektasi The Kingdom: pengen menang sekarang, besok, dan seterusnya. Tapi tim ini lagi membentuk identitas baru sambil masang part baru di mobil yang lagi ngebut. Ada bunyi-bunyi? Wajar. Yang penting mobilnya tetap laju dan mekaniknya tahu yang perlu disetel. Nah buat kalian yang pengen nobar tim kesayangan kalian pas tanding langsung aja Login ke Maniaplay! Gratis, tanpa syarat dan pasti tanpa lag, kecuali kuota lo abis.
Rookie Jungler Itu Proyek, Bukan Pengalihan Isu

Nama yang paling sering di-mention jelas Zunesh. Rookie jungler memang otomatis jadi sorotan: semua kesalahan kelihatan, semua keputusan diperiksa. Dibanding veteran, kurva adaptasinya pasti lebih panjang. Tempo MPL beda sama scrim; kamera, tempo macro, dan tekanan akan ngetes hal yang nggak kelihatan di scoreboard.
Yang dilakukan RRQ itu investasi. Mereka pilih memberi menit bermain ke Zunesh sekarang agar di paruh musim (atau playoff) kurva naiknya muncul pas timing penting. Apakah sepanjang jalan akan ada keputusan yang salah? Ya. Tapi tanpa jam terbang, keputusan yang benar juga nggak akan lahir.
Rinz: RRQ Mengambil Risiko yang Dibutuhkan?
Isu klasik: “Rinz sering overextend.” Mari kita bedah. Ada dua tipe “maju”:
- Blunder, ketika maju tanpa tujuan jelas.
- Inisiasi, ketika maju untuk memaksa skill lawan, mengamankan vision, atau membuka win condition.
Kapten yang mau ambil aggro itu aset langka. Di mata penonton, momen gagal terlihat seperti overextend. Di mata tim, itu sering kali trigger yang seharusnya dilanjutkan — tapi follow-up datang setengah detik terlambat. Timing kolektif ini yang lagi RRQ poles. Jadi ya, kadang jatuh ke depan. Tapi justru karena ada yang berani ke depan, tim punya jalan.
Kalau inisiasinya makin sinkron dengan jungler dan roamer, narasi “overextend” bakal berubah jadi “overdeliver”.
Draft Khezcute: Efektif, Tinggal Refinement
Kita lihat polanya: variasi hero ada, rencana game kebaca, dan empat kemenangan itu bukan kebetulan. Draft yang bagus bukan selalu ikut meta terpanas; yang bagus itu relevan dengan profil pemain, mengaktifkan power spike yang real, dan efisien menuju objektif.
Apa yang masih perlu disetel?
- Konversi keunggulan mid-game (menit 8–14). Kadang unggul kecil tidak langsung jadi turret/vision/neutral objective.
- Sinkronisasi “go call”. Supaya inisiasi Rinz berubah dari “terlalu maju” jadi “pas banget”, butuh confirm 1–2 detik lebih rapi.
- Reset disiplin setelah menang kecil. Tahan ego kejar kill, ambil map control, baru objektif.
- Cooldown tracking lawan (ultimate dan battle spell) dicatat lebih cermat, supaya teamfight berikutnya punya odds lebih tinggi.
Itu semua bukan PR berat; itu fine-tuning. Dan fine-tuning biasanya yang membedakan tim bagus dari tim berbahaya.
Data vs Drama RRQ: 4-3 Itu Stabil, Bukan Serba Salah
Mari balik ke kenyataan lapangan. Rekor 4-3 setelah empat pekan artinya:
- RRQ kompetitif lawan siapa saja, termasuk tim papan atas.
- Margin of error ada, tapi tim tidak jatuh ke spiral.
- Playoff race: aman, selama tren perbaikan berlanjut.
Narrative “krisis” sering terbentuk karena highlight yang viral, bukan tren performa. Tugas kita (dan kamu sebagai penonton cerdas) adalah melihat pola, bukan satu potongan klip.
Senioritas RRQ yang Meredam Bising

Kekuatan lain RRQ: pemain senior yang jadi peredam noise. Komposisi “energi muda + pengalaman” itu semacam cheat code untuk liga panjang. Senior menjaga tempo emosi, ngingetin kapan tarik napas, kapan tancap gas. Di 10 detik menuju lord fight, mereka menentukan “commit atau reset”. Momen-momen kecil ini yang bikin tim tidak pecah di bawah tekanan.
Bukan Soal Menang Setiap Hari, Tapi Tahu Kapan Peak
Lawan seperti ONIC dan Bigetron memaksa lawan main rapi. RRQ di beberapa momen memang kalah, tapi bukan kalah mental. Mereka masih bisa memaksa trade, masih bisa memanjangkan game, dan masih bisa menunjukkan win condition di mid-to-late. Ini indikator tim yang punya napas.
Tujuan ideal: peak di paruh kedua musim, lalu mempertahankan level itu di playoff. Dibanding menang besar di pekan 1–2 lalu ngos-ngosan, pola “naik stabil” jauh lebih sehat dan sering jadi resep juara.
Regenerasi: Jalan Panjang yang Perlu Dilalui RRQ
Keputusan RRQ memberi kesempatan ke pemain muda itu strategi organisasi, bukan gimik. Kalau mau warisan tim terus hidup, harus ada regenerasi. Zunesh dan Rinz jadi simbol dari proses ini. Kadang tajam, kadang tumpul, tapi kurva mereka naik. Di ujung musim, kita prediksi story-nya akan terdengar begini: “RRQ start biasa, finish berbahaya.”
Tenang, Ini Rencana, Bukan Kebetulan
Apakah RRQ sempurna? Tidak. Apakah RRQ krisis? Juga tidak. Mereka stabil untuk ukuran tim yang lagi bereksperimen, punya empat kemenangan sebagai fondasi, dan jelas-jelas masih dalam jalur playoff. Dengan sedikit perbaikan di konversi mid-game, sinkronisasi inisiasi, dan disiplin reset, RRQ akan terlihat sebagai tim yang “biasa sekarang, berbahaya nanti”.
Kita tahu The Kingdom ingin kepastian. Kepastiannya begini: masih ada banyak minggu, masih ada banyak kesempatan untuk menunjukkan peningkatan signifikan. Jika dukungan diarahkan jadi energi positif, bukan malah jadi pressure toksik, yakin deh kurva ini bakalan naik lebih cepat dari yang kalian kira.
Jangan lupa Share Ulasan RRQ di MPL ID S16 ini ke grup mabar kamu. Biar diskusinya rame, tapi sehat. Kita tunggu prediksi kamu: RRQ finis di posisi berapa musim ini dan siapa lawan yang paling cocok jadi “barometer” mereka sebelum playoff?